Bagaimana Caranya Saya Dapat Lebih Dekat Dengan Tuhan Allahku (Bagian 1)?

Ini adalah pertanyaan klasik, namun banyak orang yang tidak tahu bagaimana caranya atau jawabannya, walaupun ada keinginan atau kerinduan untuk itu. Rutinitas dan aktivitas keseharian kita telah membawa manusia untuk tanpa tidak sadar telah menjauhkan diri dari Tuhan. Ada orang yang sadar bahwa yang bersangkutan sudah semakin jauh dari Allah, namun tak kuasa untuk kembali. Ibarat tidak kuasa mematahkan lingkaran tersebut.

Tidak jarang orang menghadiri misa di gereja. Walaupun secara fisik yang bersangkutan duduk di bangku, namun pkirannya menerawang ke segala penjuru. Kalau misa pas dilakukan sebelum jam makan siang, pikiran umat yang bersangkutan menerawang ke makan siang-nya. Seperti pilihan menu dan ke di resto mana yang bersangkutan akan makan siang yang enak.

Ini menjadi tantangan tidak hanya dialami oleh satu atau dua orang, namun banyak orang. Hanya seperti pepatah mengatakan “dalam laut bisa ditebak, hati seseorang siapa yang tahu”? Inilah sebetulnya tugas dari gereja sebagai “the main stream”, untuk membimbing umatnya menjadi lebih dekat dengan sang Pencipta. Namun dalam praktek kesehariannya, pastur terbebani dengan segala jenis rutinitas, jadi pastur-pun mengalami tantangan dalam menjalankan misi utamanya-malahan lebih banyak berkutat dengan misi sekunder. Dengan jumlah umat yang banyak, cukup sulit bagi pastur untuk dapat melayani setiap individu dengan permasalahannya masing-masing. Akibatnya, umat merasa tidak memperoleh layanan yang baik dari gereja. Padahal tugas gereja, tidak hanya mempersembahkan misa–tapi lebih dari itu. Keterbatasan ini memberi kesempatan kepada umat awam untuk berperan.

Disinilah tugas dari pada umat yang telah diberikan rahmat untuk membantu tugas pastur untuk membawa teman lainnya kembali ke jalan utama. Jadi dalam perkembangannya disamping ada “the main stream”, tersedia sekarang yang kita beri nama ‘the second stream”, yang dalam BLOG GHTH, ini kita singkat SS. Sebetulnya SS sudah ada sejak lama, seperti persekutuan doa mingguan, atau persekutuan doa lingkungan, atau Legio Maria. Namun sayang dalam perkembangan-nya, semua kegiatan umat ini, kog lama-kelamaan semakin menciut aktivitasnya. Kalaupun tidak hilang, tinggal namanya saja, alias mati suri. Tidak jarang kegiatan pertemuan menjadi “kering”, tidak merasakan kehadiran roh sama sekali. Dengan demikian hanya orang-orang yang senior saja yang datang–sekedar kumpul tanpa tujuan yang jelas. Lama kelamaan kumpulan doa ini menjadi kumpulan para lansia, tanpa anak muda yang hadir. Walaupun sebenarnya yang lebih memerlukan firman Tuhan itu adalah anak muda, yang masih banyak mengalami tantangan dan berkutat dengan segala persoalan kehidupan (Bersambung ke bagian 2).