Bagian 3: Allah Itu Siapa?

Dari buku Suster Agreda kita dapat membaca sifat-sifat atau karakteristik atau esensi dari Allah. Perlu digaris bawahi, bahwa bahasa yang dimiliki manusia atau kosa kata (vocabulary) yang ada pada saat ini dan dimasa mendatang pun tidak akan pernah cukup dan dapat menjabarkan secara persis siapa Allah itu. Tidaklah kita perlu heran akan hal ini, oleh karena bagaimana mungkin dengan ketidak sempurnaan dunia, dan akal budi manusia untuk dapat menggambaran siapa Allah itu. Tidak berarti kita tidak perlu mencari tahu siapa Dia, kan?

Oleh karena Allah itu penuh dengan anugerah, dan maha baik, dan melalui pertolongan Roh Kudus, manusia dapat memahami siapa Dia, awalupun terbatas, namun cukup. Kenapa diperlukan peran Roh Kudus–jawaban singkatnya adalah karena manusia berupaya untuk menjabarkan Allah yang merupakan Roh, bukan daging, jadi hanya dengan bantuan Roh-Nya sajalah manusia dapat lebih mengerti siapa Dia. Contoh praktisnya begini. Kita ingin menterjemahkan suatu arikel yang ditulis dalam bahasa Perancis. Kan ngak mungkin kita akan bertanya kepada orang Rusia, yang tidak tahu bahasa Perancis untuk mentemahkan artikel tersebut.

Dan Roh Kudus ini tidak lain adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Allah Tritunggal. Tiga persona, namun satu. Mulai bingung ya? Itu tandanya Anda sudah mulai beroleh hikmat. Pemula dari hikmat–oleh karena dari kebingungan tadi, anda sudah berupaya lebih banyak untuk mencari tahu siapa Dia kan? Oleh karena sifatNya Maha Pemurah, maka Allah langsung bereaksi untuk menolong anda yang sedang mencari jawabannya, walaupun masih sedikit yang diberikan, namun prosesnya sudah dimulai. Dengan demikian, tanpa pertolongan Roh Kudus, hampir bisa dipastikan tidak ada manusia di dunia yang dapat menjabarkan siapa Allah itu. Mungkin banyak orang yang memberikan pelbagai jenis “jawaban”, namun hampir pasti, jawaban tersebut jauh dari sempurna. Karena kemampuan manusia yang serba terbatas.

Kemudian Anda akan bertanya, bukankah suster Maria Agreda ini juga manusia, dengan demikian apa yang ditulisnya juga jauh dari sempurna? Jabawan atas pertanyaan ini adalah memang benar demikian, kalau yang bersangkutan menulis buku ini dari hasil upayanya saja, sebagai manusia. Namun tidak demikian adanya. Perlu diingat bahwa yang bersangkutan secara terus-menerus memperoleh perintah langsung dari Allah Bapa dan Bunda Maria untuk menulis buku ini dimulai pada tahun 1627, namun terus-menerus menolak, dengan pelbagai alasan. Salah satunya adalah ketakutan atau keraguan apakah perintah tersebut datang dari sumber yang benar.. Pada akhirnya di tahun 1937 Suster Maria Agreda mulai menulis buku ini.

Selama penulisan menulis, Suster Maria Ageda langsung dibimbing oleh Tangan Allah. Loh kog bisa? Jawabannya, ya pastilah bisa, karena tidak ada yang mustahil bagi Allah, dan Allah mempunyai hak prerogatif untuk memilih siapa saja untuk menulis tentangNya dan tentang rahasia Illahi. Setelah menyelesaikan penulisan buku ini, atas perintah dari pengganti sementara direktur spiritualnya (direktur spiritual-nya yang asli berhalangan), tulisan atau buku, serta dokumen lainnya yang telah ditulis berdasarkan interaksinya dengan Allah Bapa dan Bunda Maria kemudian dihancurkan dengan cara dibakar. Spiritual direkur sementara yang menggantikan direktur yang sebenarnya berkata bahwa “dia seorang wanita, yang tidak diperkenankan untuk menulis di gereja (ini contoh bagaimana hebatnya ibilis—yang dapat menggunakan tangan seorang pastur atau siapa saja untuk menghancurkan karya Ilahi).

Setelah spiritual direkturnya yang asli kembali bertugas, bersama dengan Suster superiorsdari suster Agreda memerintahkannya untuk menulis kembali apa yang telah dihancurkan. Demikian juga Bunda Maria meminta kepada Suster Maria Agreda untuk kembali menulis buku tersebut. Penulisan kembali dimulai pada tanggal delapan bulan Desember, 1655.